Kata

Kata disusun sedemikian rupa menjadi rangkaian kalimat agar pesan tersampaikan dan dipahami sebaik mungkin oleh penerima pesan. Seorang yang (betulan) cerdas akan memilih diksi yang pas, yang dipahami secara umum, sehingga pesan tersampaikan tanpa melangit dan berboros kata. Tak kalah cerdasnya adalah yang memilih diam atau bilang ‘tidak tahu’ ketika memang tak memahami persoalan. Tak peduli dengan titel akademik tinggi atau gelar yang disematkan orang.

Namun tentu berat bagi seseorang yang ditampilkan terus-menerus di depan publik, kemudian dituntut untuk memahami dan mengomentari segala hal yang bahkan di luar kompetensinya.

Di televisi setiap minggu kita saksikan seorang profesor (tepatnya di-profesor-kan pendukungnya) menyusun kata-kata untuk membikin pendengar planga-plongo sehingga enak didungu-dungukan.

“Jadi, kalau kamu gak mau dibilang dungu, mending manggut-manggut saja sambil benerin kolor…”.[]

Leave a comment